Kamis, 10 Mei 2012 | By: Prastzya

Mobilitas Sosial

Mobilitas Sosial 

A.        Pengertian Mobilitas
Secara etimologis, kata mobilitas sosial berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang artinya mudah dipindahkan atau banyak bergerak. Mobilitas terjadi ketika seseorang berpindah dari suatu posisi ke posisi lain, baik antarlapisan sosial berbeda maupun dalam lapisan sosial yang sama.
 Berikut pengertian mobilitas sosial menurut para ahli :
1.      Horton dan Hunt
Menurut Horton dan Hunt, mobilitas sosial adalah sebagai tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa merupakan peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk dalam segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok.
2.      Robert M.Z. Lawang
Menurut Robet M.Z. Lawang, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari dimensi ke dimensi yang lainnya.
3.      Ransford
Menurut Ransford, mobilitas sosial merupakan suatu gerak naik atau turun dari individu atau kelompok dalam suatu heararki sosial (Jeffries dan Ransford, 1980:491).
4.      Kimball Young dan Raymond W. Mark
Sedangkan menurut Kimball Young dan Raymond W. Mark bahwa mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur orgainsasi suatu kelompok sosial.

B.        Bantuk-Bentuk Mobiliats Sosial
Setelah membaca penjelasan di atas bahwa mobilitas sosial memiliki bentuk-bentuk yang berbeda yaitu:
1.      Mobilitas horizontal
Mobilitas horizontal adalah perpindahan individu atau objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dengan demikian seseorang hanya mengalami perpindahan semata akan tetapi tidak menambah tingkatan atau mengurangi tingkatan status yang lama. Contohnya murid SMAN 1 pindah sekolah ke MAN 1. Disini terlihat bahwa, murid tersebut hanya berpindah sekolah namun statusnya masih sama yakni siswa (murid).
2.      Mobilitas vertikal
Mobilitas vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Artinya terjadi perubahan derajat seseorang dari yang rendah menjadi yang tinggi atau sebaliknya. Ciri khas dalam mobilitas sosial vertikal adalah terjadinya perubahan derajat pada individu dalam mobilitas sosial tersebut. Mobilitas vertikal terbagi menjadi dua yaitu:
a.      Social climbing
Social climbing atau disebut mobilitas vertikal naik adalah mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi kenaikan derajat. Social climbing memiliki dua bentuk utama yaitu:  1). Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. 2). Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contohnya, seorang guru yang berprestasi diangkat menjadi kepala sekolah.
b.      Social sinking
Social sinking atau disebut juga mobilitas vertikal turun adalah mobilitas sosial yang di dalamnya terjadi penurunan derajat. Social sinking memiliki dua bentuk utama, yaitu: 1). Turunnya kedudukan individu-individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.  2). Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contohnya, seorang ketua partai politik diturunkan atau dikeluarkan karena terdakwa sebagai koruptor.
Pada prinsipnya mobilitas sosial vertikal memiliki beberapa prinsip anatar lain yaitu :
1.      Hamper tidak ada masyarakat yangstratifikasinya secara mutlak tertutup, sekalipun pada masyarakat sistem kasta.
2.      Gerak sosial vertikal tidak mungkin dapat dilakukan sebebas-bebasnya meski stratifikasinya terbuka karena ada hambatan-hambatan.
3.      Gerak sosial vertikal memiliki cirri khas dalam setiap masyarakat tidak sama
4.      Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan berbeda-beda.
5.      Tidak ada kecendrungan yang kntiniu mengenai bertambah atau berkuangnya laju gerak sosial, dan ini berlaku bagi semua masyarakat.
3.      Mobilitas intragenerasi
Dalam kehidupan sehari-hari seringlah kita melihat di satu keluarga memiliki anak yang banyak. Si abang memiliki status lebih tinggi di bandingkan adiknya. Ada juga kebalikannya. Dari contoh tersebutlah kita bisa ambil garis tengahnya bahwa mobilitas dalam masayarakat yang tejadi pada keluarga mengalami perubahan. Perubahan pada status abang dan adik inilah yang dinamakan sebagai mobilitas intragenerasi. Mobilitas intragenerasi merupakan mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi) atau berdasarkan riwayat hidupnya. Mobilitas ini hanya terjadi pada generasi yang sama. Dengan pengertian lain, satu generasi yang sama yaitu adik, kakak, dan abang. Mobilitas ini juga bisa naik dan turun. Contoh mobilitas intragenerasi naik: Wahyu  dan Andini adalah abang adik yang mendirikan sekolah bersama. Wahyu sebagai abang menjadi guru sedangkan Andini sebagai adik menjabat kepala sekolah. Sedangkan contoh intragenerasi turun sebaliknya.
4.      Mobilitas antargenerasi
Kalau mobilitas intragenerasi hanya meliputi satu generasi yang sama, maka berbeda halnya dengan mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi diartikan sebagai mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena adanya perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang yang telah memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan status sosial yang dimiliki orang tuanya. Dalam mobilitas ini juga bisa terjadi gerak naik maupun turun. Contoh mobilitas sosial antargenerasi naik, anak seorang pemulung yang rajin dan mampu menyekolahkan anakanya hingga saraja dan menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi negeri.
5.      Mobilitas geografis
Bebeda pula halnya dengan mobilitas geografis yang menekankan pada perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti transmigrasi, urbanisasi dan migrasi. Mobilitas ini lebih menekankan pada tempat yang membuat individu mengalami perubahan status. Contohnya yaitu seseorang warga biasa berpindah tempat karena alasan ekonomi, setelah di tempat tinggal yang baru ia sukses dan terpilih menjadi lurah.

C.        Saluran-Saluran Mobilitas Sosial
Menurut Pitirim A. Sorikin, gerakan sosial vertikal memiliki saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerakan sosial vertikal melalui saluran tersebut dinamakan social circulation (Soekarto, 1990:278). Saluran-saluran itu sebagai berikut:
1)      Angkatan bersenjata
Dalam sistem militer angkatan bersenjata atau kepolisian memiliki aturan sendiri. Bagi prajurit yang memiliki kemampuan lebih akan memperoleh kenaikkan pangkat, begitu juga sebaliknya bagi prajurit yang melanggar maka akan diturunkan pangkatnya. Berarti dalam angkatan bersenjata juga akan terjadi mobilitas sosial, baik vertikal naik maupun vertikal turun.
2)      Lembaga-lembaga keagamaan
Pada umumnya, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Ajaran ini pada hakikatnya untuk permasalahan keyakinan dan ketaatan namun dalam kehidupan bermasyarakat tujuannya adalah untuk  mengajak orang-orang yang  berada pada lapisan bawah untuk termotivasi untuk menaikkan derajatnya dalam stratifikasi di masyarakat.  Contohnya Ajaran Nabi Besar Muhammad SAW yang mengajarkan umat Muslim untuk berusaha karena Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Jelaslah sudah bahwa agama juga mengajarkan untuk melakukan mobilitas sosial di masyarakat.
3)      Lembaga-lembaga pendidikan
Lembaga pendidikanlah yang paling sering digunakan untuk melakukan mobilitas vertikal naik. Di Indonesia khususnya selalu mempertanyakan ijazah untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Dengan ijazah dan kemampuan dalam ilmu pengetahuan juga biasanya seseorang diangkat menjadi pejabat-pejabat penting dalam masyarakat. Hal ini karena masyarakat sangat menghargai seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi karena dianggap memiliki kemampuan bekerja, contohnya pegawai negeri, dokter, guru dan profesi lainnya.
4)      Organisasi-organisasi politik, ekonomi, dan keahlian
Organisasi politik, ekonomi, atau organisasi dengan keahlian tertentu terkadang menjadi jembatan seseorang untuk meraih prestise tertentu di masyarakat. Contohnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki prestise yang berbeda dibandingkan dengan dokter biasa.
5)      Perkawinan
Tidak bisa dipungkiri kata-kata matrek tidaklah asing ditelinga kita. Hal ini sangat berkaitan dengan mobilitas sosial pada seseorang. Orang yang menikahi pria atau wanita yang kaya dianggap akan mengubah statusnya mejadi lebih tinggi lagi. Sehingga melalaui perkawinan, mobilitas sosial vertikal naik sering terjadi meski terkadang juga tejadi mobilitas sosial turun karena sesorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di bawahnya akan mengalami mobilitas vertikal turun. Contohnya seseorang  yang memiliki kasta brahmana menikah dengan kasta sudra maka ia akan kehilangan kasta asalanya.

D.        Konsekuensi Mobilitas Sosial
1.      Konflik
Di saat terjadi perubahan status pada suatu organisasi atau lembaga, secara manusiawi pasti ada yang cemburu, iri, atau tidak terima. Aapalagi perubahan status tersebut menjadikan seseorang turun jabatan atau derajat, maka tidak bisa dipungkiri akan terjadi konflik. Selain itu konflik juga dapat terjadi karena adanya perbedaan yang mana dapat disebabkan oleh: perbedaan kebudayaan, perbedaan antar-individu, perbedaan kepetingan dan perubahan sosial. Masing-masing pihak yang berkonflik biasanya bersikukuh untuk mempertahankan pendirianya masing-masing dan berusaha menjatuhkan pendirian lawanya.
2.      Penyesuaian atau Proses akomodasi baru
Konflik di sisi dapat mengancam stabililitas sosial, akan tetapi di sisi lain konflik juga dapat dapat mendorong para pihak yang bersiteru untuk menciptakan penyesuaian-penyesuaian dalam upaya menyelesaikan konflik diantara mereka. Untuk itu, stabilitas sosial baru lambat laun terbentuk di masyarakat. Penyesuaian terhadap perubahan yang diakibatkan oleh mobilitas sosial, antara lain:
a.       Berlakunya perlakuan atau aturan yang baru di masyarakat.
Perlakuan atau aturan brupa sistem politik yang baru,, ideologi baru, tingkat toleransi yang tinggi, tingkat kebebasan yang lebih tinggi, dsb
b.      Masyarakat mulai mempunyai sikap baru terhadap suatu keadaan.
c.       Terdapat pergantian dominasi dalam suatu masyarakat. Misalnya, setelah indonesia merdeka, semua warga berhak  memperoleh pendidikan yang sama.
E.        Faktor Pendorong Mobilitas Sosial.
a. Faktor Struktural, yaitu jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
  1. Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
  2. Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah
  3. Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.

b. Faktor individu yaitu adalah seseorang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
  1. Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
  2. Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
  3. Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan. 

c. Faktor status sosial. setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.

d. Faktor keadaan ekonomi. Faktor ini dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.

e. Faktor situasi politik. Faktor ini dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.

f. Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.

g. Keinginan Melihat Daerah Lain. Adanya keinginan melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.

h. Perubahan kondisi social. Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.

i. Ekspansi teritorial dan gerak populasi. Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.

j. Komunikasi yang bebas. Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.

k. Pembagian kerja. Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.

l. Kemudahan dalam akses pendidikan. Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
  1. Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
  2. Diskriminasi Kelas Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
  3. Perbedaan Ras dan Agama dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
  4. Perbedaan jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
  5. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
  6. Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.

Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik. Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
  1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
  2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
  3. Keterangan hubungan antar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.

Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
Pertama, dampak positif, yaitu :
  1. Mendorong seseorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
  2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
  3. Meningkatkan intergrasi social. mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial.

Kedua, dampak negatif, yaitu :
  1. Timbulnya Konflik. Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. : (a) Konflik Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas. (b) Konflik antar kelompok social. Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. (c) Konflik Antargenerasi. Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
  2. Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya
  3. Timbulnya gangguan psikologis mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain ; menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun. Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya. Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.

0 komentar:

Posting Komentar